Memasuki satu hari sebelum Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriah, pedagang hewan ternak kurban di berbagai daerah menunjukkan penurunan aktivitas. Daya beli masyarakat terhadap hewan kurban tampaknya jauh dari harapan para pedagang yang ingin mendapatkan keuntungan di momen spesial ini.
“Tahun ini terasa lebih sepi,” ungkap salah satu pedagang kambing, Ateng, yang menjajakan dagangannya di Jalan Setia Budi, Pamulang Timur. Sambil menunjukkan ratusan kambing dari Jawa Tengah yang masih tersisa, ia memberikan gambaran kondisi lapaknya yang kurang mendapat perhatian pembeli.
Analisis Penurunan Daya Beli Terhadap Hewan Kurban
Dalam pandangannya, Ateng berpandangan bahwa sepinya transaksi dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, jumlah pedagang yang semakin banyak menambah persaingan, sehingga membuat mereka harus bersaing bukan hanya dengan harga, tetapi juga dengan kualitas dan pelayanan. Kedua, kondisi ekonomi yang masih lesu di kalangan masyarakat turut mempengaruhi keputusan mereka untuk membeli hewan kurban. Ini adalah fenomena umum yang sering terjadi saat perekonomian tidak stabil, di mana masyarakat cenderung lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uang untuk kebutuhan yang tidak mendesak.
Dengan harga kambing yang bervariasi antara Rp 2.750.000 hingga Rp 5.000.000 per ekor, Ateng berharap ada peningkatan transaksi menjelang hari besar ini. Sayangnya, prediksinya tidak terbukti akurat, mengingat hingga saat ini masih banyak kambing yang belum terjual. Hal ini menciptakan ketidakpastian bagi para pedagang yang biasanya mendapatkan keuntungan lebih di momen Idul Adha.
Strategi Menghadapi Tantangan yang Dihadapi Pedagang
Para pedagang ternak, seperti Ahmad yang berjualan di Jalan Raya Maruga, Ciputat, mengalami situasi serupa. Meskipun daya beli untuk jenis sapi masih sebanding dengan tahun lalu, kambing yang ia tawarkan terjual jauh di bawah target. Ahmad, yang telah berjualan selama lima tahun, mencatat hanya tinggal tiga ekor sapi dan 15 ekor kambing yang terjual dari total yang dibawa ke lapaknya.
Pernyataan wakil kepala daerah yang menyebutkan adanya peningkatan daya beli hewan kurban sebesar 20 persen, jelas tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Ini menunjukkan adanya kesenjangan antara data dan pengalaman langsung para pedagang. Untuk mengantisipasi penjualan yang sepi, para pedagang perlu menerapkan strategi baru. Ini bisa berupa menawarkan promo menarik, memberikan diskon, atau berkolaborasi dengan kelompok komunitas untuk memperluas jangkauan pasar.
Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan bahwa para pedagang dapat mengatasi tantangan yang ada. Ini bukan hanya terkait tentang bisnis, tetapi juga tentang menjaga tradisi Idul Adha dan memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat.