Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak, Banten, telah mengajukan solusi dalam menghadapi ancaman krisis air bersih yang disebabkan oleh musim kemarau panjang. Salah satu langkah yang diambil adalah pengajuan bantuan untuk pembangunan sumur bor di berbagai wilayah yang berisiko mengalami kesulitan air bersih.
“Kami telah berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan mengusulkan delapan titik sumur bor yang akan dibangun di daerah-daerah yang setiap tahun menghadapi tantangan serius dalam penyediaan air bersih,” ujar Kepala BPBD Lebak, Febby Rizky Pratama, dalam keterangannya pada tanggal 24 Mei 2025.
Urgensi Pembangunan Sumur Bor di Wilayah Rawan Krisis Air
Pembangunan sumur bor menjadi langkah strategis untuk menjamin ketersediaan air bersih, terutama di daerah-daerah yang rentan terhadap kekeringan. BPBD mencatat bahwa delapan lokasi yang diusulkan mencakup Kecamatan Sajira dan Kecamatan Leuwidamar, dua wilayah yang sering mengalami masalah serupa setiap tahunnya. Ini adalah respons proaktif untuk menghadapi dampak musim kemarau yang panjang dan intens.
Selama ini, masyarakat yang tinggal di daerah ini merasakan langsung dampak dari kesulitan akses air bersih. Fakta menunjukkan bahwa minimnya sumber air bersih bisa berakibat pada masalah kesehatan dan pertanian, yang tentu akan mempengaruhi kualitas hidup. Pengadaan sumur bor adalah langkah konkret yang perlu dilakukan agar warga tidak lagi kesulitan mendapatkan air bersih, terutama di masa-masa sulit seperti kemarau.
Kesiapsiagaan Menghadapi Musim Kemarau
BPBD mengungkapkan bahwa hingga saat ini, belum ada laporan resmi dari warga terkait kesulitan air bersih akibat kemarau yang mulai berlangsung. Meskipun demikian, Febby menambahkan bahwa pihaknya sudah menyiapkan tangki air sebagai langkah mitigasi awal untuk memastikan kebutuhan air masyarakat terpenuhi. Hal ini dilakukan demi menjaga kondisi masyarakat agar tetap stabil dalam menghadapi perubahan cuaca yang ekstrem.
Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak musim kemarau di Kabupaten Lebak diprediksi akan terjadi pada bulan Agustus. Pengetahuan ini memberikan waktu yang cukup bagi BPBD untuk mengambil langkah-langkah antisipatif agar konsekuensi dari kekeringan tidak meluas. Selain itu, perhatian juga harus diarahkan pada lahan pertanian yang sangat bergantung pada pasokan air. Ketersediaan air yang memadai akan sangat berpengaruh pada keberlanjutan pertanian di daerah tersebut.
Implementasi strategi mitigasi dan adaptasi atas perubahan iklim, seperti pembangunan sumur bor dan penyiapan fasilitas pendukung lainnya, harus menjadi komitmen bersama. Kesadaran masyarakat juga sangat penting agar mereka bisa lebih siap menghadapi kemungkinan terburuk dari musim kemarau yang ada. Dengan langkah-langkah yang konkret dan kebutuhan masyarakat yang dipenuhi, diharapkan kualitas hidup warga Kabupaten Lebak akan terus terjaga.