Beberapa waktu belakangan, dunia ketenagakerjaan Indonesia mengejutkan masyarakat dengan insiden keributan di sebuah bursa kerja bertajuk “Bekasi Pasti Kerja Expo.” Acara ini digelar oleh Pemerintah Kabupaten Bekasi di President University, Cikarang Utara, pada Selasa (27/5/2025). Kejadian ini mencuatkan sejumlah pertanyaan tentang efektivitas pelaksanaan job fair di Indonesia.
Seorang pemerhati ketenagakerjaan, Dani Satria, menyatakan pentingnya pemerintah melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap penyelenggaraan job fair agar kejadian serupa tidak terulang. Khususnya di daerah yang memiliki banyak kawasan industri, di mana keterampilan dan tenaga kerja sangat diperlukan. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara jumlah lowongan dan pencari kerja.
Fenomena Kericuhan di Job Fair dan Dampaknya
Insiden kericuhan saat job fair ini menjadi sorotan banyak pihak. Dalam pengamatan Dani Satria, pelaksanaan job fair seharusnya dapat dilakukan dengan tertib. Pencari kerja biasanya memiliki kesadaran untuk berperilaku etis dalam mencari informasi dan melamar pekerjaan. Namun, kericuhan yang terjadi ini mencerminkan keadaan darurat dalam pasar kerja saat ini, di mana banyak orang yang membutuhkan pekerjaan dengan segera.
Data menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di Indonesia masih menjadi tantangan serius, terutama di kalangan generasi muda. Situasi ini mengharuskan pemerintah untuk berpikir kreatif dan inovatif dalam mengatasi masalah tersebut. Melihat kericuhan di acara tersebut, penting bagi pemerintah untuk mencari format baru dalam penyelenggaraan job fair, sehingga tidak menimbulkan kerumunan yang berpotensi menjadi masalah.
Inovasi dalam Penyelenggaraan Job Fair
Dani menyarankan agar pelaksanaan job fair tidak hanya dilakukan secara fisik, tetapi juga mempertimbangkan opsi virtual. Dengan layanan virtual job fair, pencari kerja dapat melakukan konsultasi dengan perwakilan HRD perusahaan secara online, membuat prosesnya lebih efisien. Selain itu, bentuk virtual ini dapat menghemat biaya bagi pencari kerja yang tidak perlu mencetak berkas fisik atau mengeluarkan uang untuk transportasi.
Keuntungan lain dari virtual job fair adalah fleksibilitas waktu dan peningkatan intensitas acara, sehingga dapat diadakan lebih sering. Peluang ini sebaiknya dimanfaatkan oleh pemerintah agar pelaksanaan job fair tidak hanya jadi rutinitas, tetapi juga menghasilkan dampak yang positif bagi pelamar. Dalam hal ini, edukasi kepada pencari kerja tentang cara menggunakan aplikasi atau website job portal juga sangat penting, terutama bagi mereka yang baru lulus.
Pendidikan mulai dari tingkat SMA hingga perguruan tinggi perlu memberikan pemahaman kepada siswa tentang manfaat job portal dan cara memanfaatkannya saat mereka memasuki dunia kerja. Selain itu, Dinas Ketenagakerjaan juga memiliki peran strategis untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait inovasi ini.
Dengan demikian, melalui pendekatan yang lebih modern, diharapkan akan tercipta koneksi yang lebih baik antara pencari kerja dan perusahaan. Jika pemerintah dapat berinovasi, bukan tidak mungkin jumlah pengangguran dapat berkurang secara signifikan.