Setiap tahun, perayaan Hari Raya Idul Adha menjadi momen yang sangat spesial bagi banyak umat Muslim, termasuk di wilayah Banten. Tahun ini, perayaan ini semakin istimewa dengan kehadiran seekor sapi kurban berukuran luar biasa yang diberi nama ‘Parjo’. Sapi ini tidak hanya sekadar hewan kurban biasa, melainkan juga simbol dari semangat berbagi dan kebanggaan peternak lokal.
Sapi ‘Parjo’ merupakan sapi simental super jumbo yang memiliki bobot mencapai 1,15 ton. Keberadaannya mengejutkan banyak orang, terutama di Kota Tangerang. With a height of 1.58 meters and a length of 2.3 meters, serta usia 3,5 tahun, sapi ini telah menjadi perhatian banyak pihak, bahkan diperkirakan memiliki nilai jual lebih dari Rp120 juta. Fakta-fakta ini semakin menarik untuk ditelusuri, terutama terkait dengan proses pemeliharaannya yang telaten.
Sejarah dan Proses Perawatan Sapi Kurban
‘Parjo’ diternakkan oleh seorang peternak muda bernama Saripudin, pemilik usaha Peternakan Putra Bungsu. Saripudin mengungkapkan bahwa sapi ini dibeli dari seorang peternak di Banyuwangi, Jawa Timur, saat masih kecil. Melihat potensi yang luar biasa pada sapi ini, ia pun memutuskan untuk merawatnya dengan intensif selama dua tahun. Proses ini mencerminkan betapa pentingnya perhatian dan dedikasi dalam bidang peternakan.
Perawatan yang diberikan Saripudin tidak main-main. Sesuai dengan ukuran dan bobot sapi, pemberian pakan konsentrat dan vitamin dilakukan dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan sapi biasa. Ini tidak hanya bertujuan untuk mempertahankan kesehatan sapi, tetapi juga untuk mempersiapkannya agar bisa tampil maksimal pada hari kurban. Dengan cuaca yang tidak menentu, perawatan ekstra menjadi sangat penting untuk menjaga kondisi fisik ‘Parjo’ tetap prima.
Kebanggaan dan Motivasi Sang Peternak
Memilih ‘Parjo’ sebagai sapi kurban untuk disumbangkan atas nama Presiden Prabowo Subianto adalah sebuah kebanggaan bagi Saripudin. Ini bukan hanya mengukuhkan reputasi usahanya, tetapi juga memberi motivasi lebih untuk terus meningkatkan kualitas peternakan yang ia kelola. Setiap tahun, peternakan lokal selalu berusaha untuk menampilkan produk terbaik mereka dalam perayaan ini, dan ‘Parjo’ adalah salah satu contoh keberhasilan tersebut.
Rencananya, ‘Parjo’ akan dikirim ke Kantor Gubernur Banten untuk dikurbankan pada Hari Raya Idul Adha mendatang. Momen ini akan menjadi suatu peristiwa yang tidak hanya akan diingat oleh Saripudin, tetapi juga oleh masyarakat luas yang melihat dedikasi dan kerja kerasnya dalam beternak. Dalam era di mana pertanian dan peternakan lokal semakin diperhatikan, cerita tentang ‘Parjo’ bisa menjadi inspirasi bagi peternak lainnya untuk tidak hanya fokus pada hasil finansial, tetapi juga pada kualitas dan etika dalam berternak.
Dengan adanya perhatian lebih terhadap proses pemeliharaan hewan kurban, diharapkan akan ada peningkatan kesadaran akan pentingnya mempertahankan kualitas hewan ternak. Melihat potensi dan dedikasi Saripudin dalam merawat ‘Parjo’, bisa jadi, kita akan terus melihat lebih banyak inovasi dan pendekatan baru dalam dunia peternakan di Indonesia. Mungkin kedepannya, akan lebih banyak lagi peternak muda yang terinspirasi untuk mengembangkan usaha mereka dan menghasilkan sapi-sapi kurban berkualitas tinggi untuk perayaan Idul Adha.