Tradisi lokal di Banten menjadi sorotan saat Wakil Gubernur provinsi ini, Achmad Dimyati Natakusumah, mengungkapkan bahwa tiga tradisi dari daerah tersebut akan ditampilkan dalam agenda Karisma Event Nusantara (KEN) 2025, yang dikelola oleh Kementerian Pariwisata. Hal ini mencerminkan pengakuan terhadap kekayaan budaya dan potensi wisata di Banten.
Dari sekian banyak tradisi, Ngadu Bedug dari Kabupaten Pandeglang, Seba Badui dari Kabupaten Lebak, dan Seren Taun dari Cisungsang, juga berasal dari Kabupaten Lebak, berhasil menarik perhatian. Tradisi-tradisi ini tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai penanda jati diri masyarakat setempat.
Keberagaman Tradisi Lokal di Banten
Ragam tradisi yang ada di Banten menunjukkan kekayaan budaya yang tak ternilai. Ngadu Bedug, misalnya, merupakan lebih dari sekadar pertunjukan menabuh bedug; ia merupakan lambang dari kebersamaan dan keharmonisan di tengah masyarakat. Petasan suara yang terdengar dari bedug menjadi simbol persatuan, menyatukan generasi tua dan muda dalam satu momen.
Data menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam tradisi ini semakin meningkat setiap tahunnya. Pengunjung yang datang tidak hanya berasal dari sekitar Banten, tetapi juga dari luar daerah, memperlihatkan antusiasme yang tinggi terhadap preservasi budaya. Sejarah dan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap tarian dan lagu sedang diarahkan untuk tetap hidup, mengingatkan kita betapa pentingnya melestarikan warisan budaya.
Strategi Pelestarian Budaya dan Dampaknya
Dalam upaya pelestarian tradisi, pemerintah daerah bekerja keras untuk mendukung dan merangsang kegiatan komunitas. Momen Ngadu Bedug diadakan setiap tahun, dan bagi Dimyati, ini adalah metode efektif untuk memperkenalkan budaya lokal kepada wisatawan. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah pengunjung ke Pandeglang, baik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Setiap lomba di Ngadu Bedug mengundang peserta dari berbagai kampung, di mana mereka membawakan lagu-lagu tradisional dengan iringan bedug sebagai instrumen utama. Dengan partisipasi setidaknya 20 kampung, acara ini bukan hanya menjadi ajang lomba, tetapi juga perayaan kekayaan budaya. Mengusung tema keislaman, acara ini juga mencerminkan nilai-nilai religius yang telah ada dan berkembang dalam masyarakat.
Pelestarian tradisi ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat. Keterlibatan aktif warga dalam berbagai kegiatan budaya menunjukkan dedikasi mereka terhadap identitas lokal. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk bersinergi demi kelestarian budaya yang ada.