www.arahberita.id – Pertambangan adalah isu yang terus menjadi sorotan, khususnya di pulau-pulau kecil yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya. Baru-baru ini, gerakan masyarakat bersama para tokoh agama menyerukan pencabutan izin usaha pertambangan (IUP) di seluruh pulau kecil di Indonesia. Seruan ini muncul sebagai respons terhadap tindakan Menteri Investasi yang mencabut IUP di Raja Ampat, langkah yang dianggap belum cukup untuk melindungi lingkungan dan ekosistem yang terancam oleh aktivitas pertambangan yang agresif.
Berdasarkan informasi dari Green Faith Indonesia, proses pertambangan dapat memperburuk krisis iklim dan menghancurkan ekosistem yang sudah rapuh. Dalam konteks Indonesia sebagai negara kepulauan, terdapat tanggung jawab moral dan spiritual untuk menjaga lebih dari 10 ribu pulau kecil. Kearifan dari ajaran agama menggarisbawahi pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan, karena kerusakan yang terjadi akan berdampak pada kehidupan banyak orang.
Konsekuensi Lingkungan dari Pertambangan di Pulau Kecil
Pertambangan di pulau-pulau kecil dapat menyebabkan hilangnya habitat alami, yang mengancam keberlangsungan hidup flora dan fauna. Praktik ini juga seringkali melanggar peraturan yang sudah ada. Menurut UU No. 27 Tahun 2007, terdapat ketentuan yang melarang kerusakan lingkungan yang terlalu parah. Sayangnya, pelanggaran terhadap hukum ini kerap terjadi, menempatkan kepentingan ekonomi di atas keberlanjutan lingkungan.
Data dari Forest Watch Indonesia menunjukkan bahwa lebih dari 5.700 hektare hutan hilang di Maluku Utara sejak tahun 2021 akibat eksploitasi tambang nikel untuk industri kendaraan listrik. Ini menjadi ironis, di mana transisi energi yang seharusnya ramah lingkungan justru membawa dampak merugikan bagi masyarakat lokal dan alam. Selain itu, laporan studi dari Nexus Foundation mengungkapkan adanya logam berat dalam tubuh ikan dan darah masyarakat sekitar, menunjukkan betapa seriusnya pencemaran yang dihasilkan.
Pentingnya Keharmonisan antara Manusia dan Alam
Menciptakan keseimbangan antara aktivitas manusia dan keberlangsungan lingkungan adalah salah satu aspek kunci yang perlu diperhatikan. Ajaran agama, seperti dalam tradisi Hindu, menekankan pentingnya menjaga keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan. Ketika alam semesta dirusak, maka dampaknya akan dirasakan oleh jiwa manusia itu sendiri. Perusakan ini tidak hanya menciptakan dampak jangka pendek, tetapi juga berdampak panjang pada generasi mendatang.
Seruan untuk mencabut IUP yang merusak pada pulau kecil bukannya tanpa alasan. Ini merupakan sebuah seruan untuk keadilan ekologis dan tanggung jawab moral. Sejumlah tokoh agama dan masyarakat adat juga bersuara, menekankan bahwa melindungi alam merupakan bagian dari tanggung jawab spiritual manusia. Ajaran-ajaran ini mengingatkan kita akan pentingnya suara seluruh elemen masyarakat untuk menjaga keseimbangan dan keutuhan lingkungan. Tanpa tindakan yang tepat, keberlanjutan hidup di pulau-pulau kecil akan terancam, dan keadilan untuk generasi mendatang tidak akan tercapai.
Dengan harapan agar pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya menyadari pentingnya langkah-langkah perbaikan, marilah kita bersama-sama menjaga dan melindungi alam. Melalui kesadaran ini, kita bukan hanya berjuang untuk kepentingan hari ini, tetapi juga untuk masa depan yang lebih baik bagi anak cucu kita. Melindungi bumi adalah aksi kolektif yang membutuhkan komitmen dari setiap individu dan lembaga, untuk menjalani kehidupan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan.