Dalam sebuah tragedi yang mencolok, seorang warga di Lingkungan Pamarican, Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, mengalami serangan brutal yang menimbulkan keprihatinan mendalam di masyarakat. Insiden ini menggambarkan sisi gelap dari konflik keluarga, terutama terkait dengan hak asuh anak.
Peristiwa ini terjadi pada Senin, 2 Juni 2025, ketika SM (40) sedang berada di SMPN 5 Kota Serang untuk mengambil ijazah anaknya. Tiba-tiba, suaminya, AH (43), menghampiri dengan membawa sebilah pisau dan menyerangnya secara membabi buta. Situasi ini pun terekam dalam CCTV, yang memperlihatkan kepanikan siswa dan warga setempat saat kejadian berlangsung.
Analisis Motif di Balik Tindakan Kekerasan
Motif di balik tindakan AH terlihat jelas, yaitu ketidakpuasan terhadap hak asuh anak. Dalam pengakuannya, AH merasa sakit hati karena tidak diizinkan untuk membawa anak ketiga mereka yang berusia 7 tahun. Konflik sederhana ini, jika tidak dikelola dengan baik, dapat berujung pada tindakan yang sangat merugikan. Menurut data, kasus kekerasan dalam rumah tangga sering kali dipicu oleh masalah komunikasi yang buruk dan ketidakpahaman terhadap hak masing-masing pihak.
Konflik seperti ini bukan hanya dialami oleh mereka, tetapi juga dapat terjadi di banyak keluarga lain. Misalnya, sebuah penelitian menunjukkan bahwa perselisihan over hak asuh dapat meningkatkan laporan tentang kekerasan domestik. Oleh karena itu, penting bagi pasangan untuk mencari solusi damai yang dapat membantu menghindari kekerasan.
Strategi Mengelola Konflik dalam Keluarga
Penting untuk memiliki strategi efektif dalam mengelola konflik, terutama yang berkaitan dengan anak. Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah dengan mencari bantuan dari mediator keluarga. Mediator profesional dapat membantu menjembatani komunikasi antara pihak yang berselisih dan menciptakan kesepakatan yang saling menguntungkan.
Selain itu, penting juga untuk selalu terbuka dengan pasangan dan mendiskusikan perasaan masing-masing dengan cara yang konstruktif. Mengadakan pertemuan reguler untuk membahas isu-isu penting dalam keluarga juga bisa mengurangi ketegangan. Hal ini bisa membantu setiap anggota keluarga merasa didengarkan dan dihargai. Jika situasi semakin memanas, tidak ada salahnya untuk mengambil waktu sejenak untuk mendinginkan emosi sebelum melanjutkan diskusi.
Insiden ini bukan hanya sebuah berita mengejutkan; ini adalah pengingat bahwa komunikasi yang buruk dan ketidakpahaman bisa berujung pada konsekuensi yang sangat serius. Mari kita semua belajar dari kejadian ini dan berusaha lebih baik lagi dalam membangun komunikasi serta pengertian di dalam keluarga.